Diksusi Internal TikTok Bocor, Sobat Donald Trump Raih Untung
Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah laporan menyebutkan tim di China menguasai data pengguna TikTok di Amerika Serikat (AS). Hal ini pernah diprediksi Donald Trump saat masih menjadi presiden dan pernah mengancam melarang TikTok di negaranya.
Laporan Buzz Feed News menyebutkan audio bocor dari lebih 80 pertemuan internal Tiktok, karyawan Bytedance berbasis di China. Di dalamnya terdengar jika mereka berulang kali mengakses data non-publik tentang pengguna di AS, dikutip Selasa (21/6/2022).
Laman itu menuliskan rekaman yang ditinjau berisi 14 pernyataan dari sembilan karyawan Tiktok yang berbeda. Mereka mengatakan engineer di China punya akses ke data AS setidaknya dari September 2021 dan Januari 2022.
Ini terlepas dari kesaksian tersumpah seorang eksekutif TikTok dalam sidang Senat Oktober 2021. Saat itu, disebutkan tim keamanan AS memutuskan siapa yang mendapatkan akses ke data ini.
Namun ternyata menurut delapan karyawan yang berbeda menyebutkan karyawan AS harus meminta akses ke rekan mereka di China. Ini dalam rangka untuk menentukan bagaimana data pengguna AS mengalir.
Bahkan staf di AS tidak memiliki izin atau pengetahuan mengenai cara mengakses data sendiri, ungkap rekaman tersebut.
Rekaman itu dilaporkan berasal dari beberapa pertemuan kelompok kecil dari para pemimpin dan konsultasi perusahaan. Mereka mempresentasikan kebijakan semua pihak. Pernyataan itu juga dikuatkan adanya tangkapan layar dan dokumen lain, memberikan bukti untuk menguatkan laporan sebelumnya mengenai karyawan di China yang mengakses data pengguna AS.
Laporan menunjukkan data diakses jauh lebih sering dan baru terjadi daripada yang dilaporkan sebelumnya.
Setelah laporan itu beredar, TikTok mengumumkan bahwa Oracle akan menyimpan semua data dari pengguna media sosial asal AS. Pihak perusahaan juga menjelaskan berusaha meminimalkan hak istimewa orang-orang yang punya akses data pengguna.
“Mirip dengan rekan-rekan industri, kami akan terus mendorong tujuan kami membatasi jumlah karyawan yang punya akses ke data pengguna dan skenario di mana akses data diaktifkan,” kata kepala petugas keamanan informasi TikTok, Roland Cloutier dalam pernyataannya, dikutip dari Guardian.
Oracle adalah perusahaan teknologi yang dipimpin dan didirikan oleh miliarder Larry Ellison, salah satu pendukung politik utama Donald Trump.
TikTok juga menegaskan tidak pernah memberikan data pengguna AS pada pemerintah China, serta menolak jika diminta. Selain itu data center perusahaan di Virginia dan Singapura tetap digunakan, dalam rangka mengandalkan Oracle di AS.
Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia