Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia adalah salah satu negara yang paling banyak menelurkan startup. Namun, Presiden Jokowi bingung, dua sektor yang paling potensial di RI justru belum banyak digarap startup.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Jokowi, Indonesia adalah negara dengan jumlah startup terbanyak nomor 6 di dunia. Per 2017, ada 2.345 startup yang didirikan di Indonesia.

Dari sekian banyak startup tersebut, mayoritas adalah perusahaan teknologi yang bergerak di bidang teknologi finansial atau fintech yaitu 23%. Vertikal terbesar lainnya adalah ritel yaitu 14% serta logistik dan pendidikan, keduanya 8%.

Dua kategori yang menurut Presiden paling potensial, yaitu pertanian dan kesehatan, masing-masing hanya digarap oleh 4% dari startup.

“Tetap hati-hati, dari kategori yang saya lihat, memang yang paling besar masih di fintech,” kata Jokowi saat membuka BUMN Startup Day 2022. “Padahal tadi kalau kita lihat, urusan pangan ke depan ini menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi.”

Jokowi mengatakan bahwa para calon pendiri perusahaan teknologi di Indonesia harus melihat ini sebagai peluang. “Hati-hati ada kesempatan besar di situ. Karena di urusan pangan, itu ada urusan produksi, ada yang namanya urusan distribusi, ada yang namanya urusan pasar. Di sini, ada peluangnya, semuanya.”

Dalam bidang bisnis teknologi, lanjutnya, peluang juga terbuka lebar karena meliputi beragam jenis komoditas. Presiden menyarankan agar startup tidak terpaku hanya ke bisnis terkait beras, tetapi mengembangkan potensi komoditas lain mulai dari sorgum hingga porang.

Sementara itu, peluang bisnis teknologi di bidang kesehatan juga masih kurang digarap. Jokowi meminta startup mencari solusi yang bisa memecahkan permasalahan penyediaan layanan kesehatan di wilayah Indonesia yang luas dan terpisah ke dalam puluhan ribu pulau.

Terakhir, Presiden meminta agar startup konsentrasi membantu 65,4 juta UMKM di Indonesia. “Baru 19 juta yang masuk ke platform digital, sehingga masih banyak ruang yang sangat besar.”

Demis Rizky Gosta, CNBC Indonesia
Source : CNBC Indonesia