ilustrasi hacker 169 Meta Blokir Ribuan Akun Spionase Pengguna FB dan IG Mitra IT | Your Trusted & Reliable Software Solutions

Meta Blokir Ribuan Akun Spionase Pengguna FB dan IG

Jakarta, CNN Indonesia — Meta mengumumkan sebanyak 50 ribu pengguna Facebook dan Instagram termasuk pengguna di Indonesia tengah ‘dimata-matai’ spyware bernama Predator. Salah satu perusahaan spyware yang dituding Meta adalah perusahaan Cytrox yang berbasis di Makedonia Utara.

Kelompok mata-mata siber ini disebut mengembangkan dan melakukan eksploitasi yang belum pernah dilihat sebelumnya, yang diam-diam meretas dan mencuri konten pada ponsel korban – log panggilan, pesan teks, email, data lokasi, dan lainnya.

Aktivitas tersebut kerap berada di balik nama otoritas pemerintahan yang menargetkan kritik yang sangat vokal kepada pemerintah.

Kini setelah penyelidikan, kelompok mata-mata siber bayaran telah dilarang menggunakan platform media sosial milik Meta untuk menargetkan pengguna lain.

Meta mengatakan bahwa mereka telah menghapus lebih dari 1.500 akun Facebook dan Instagram yang terkait dengan tujuh kelompok tersebut, yang menurut perusahaan digunakan untuk pengintaian, rekayasa sosial, dan mengirim tautan jahat ke ribuan korban di lebih dari 100 negara.

“Kami memperingatkan sekitar 50 ribu orang yang kami yakini menjadi sasaran aktivitas jahat ini di seluruh dunia, menggunakan sistem yang kami luncurkan pada tahun 2015,” kata Meta dalam sebuah pernyataan.

Dijelaskan Meta, mereka kerap mematai bahkan sampai mengelabui korbannya. Meta menyebut pihaknya telah mengirimkan pemberitahuan hukum ke Cytrox dan memblokir ratusan domain yang terkait dengan infrastruktur tersebut.

Langkah Meta tersebut merupakan tindak lanjut dari temuan Citizen Lab, yang merilis laporan forensik tentang peretasan ponsel milik dua orang Mesir yang tinggal di pengasingan yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Citizen Lab mengatakan spyware yang menginfeksi ponsel mereka pada Juli 2021, diberi nama Predator dan dikembangkan oleh Cytrox.

Citizen Lab pertama kali menemukan spyware pada iPhone milik Ayman Nour, seorang politisi Mesir yang tinggal di pengasingan di Turki. Dia merasa curiga ketika teleponnya “menjadi panas.”

Setelah melakukan pengecekan, Citizen Lab menemukan bahwa ponsel Nour telah terinfeksi Pegasus, spyware yang sekarang terkenal dibuat oleh NSO Group. Dan penemuan itu kemudian mengarah pada penemuan bahwa ponselnya secara bersamaan terkena spyware Predator juga.

Predator disebut memiliki serangkaian fitur yang mirip dengan Pegasus. Citizen Lab mengatakan Nour dikirimi tautan berbahaya melalui WhatsApp, dan saat dibuka, spyware dapat mengakses kamera dan mikrofon ponsel serta dapat mengekstrak data ponsel.

Predator – tidak seperti Pegasus – tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi ponsel secara diam-diam tanpa interaksi pengguna apa pun.

Citizen Lab menjelaskan spyware dapat bertahan dari reboot iPhone – yang biasanya mampu membersihkan spyware yang bersembunyi di memori – dengan membuat otomatisasi menggunakan fitur shortcut yang ada di iOS.

Lebih lanjut, Citizen Lab mengatakan bahwa kemungkinan Predator digunakan oleh ‘pelanggan’ di pemerintahan Armenia, Yunani, Serbia, Indonesia, Madagaskar dan Oman – ditambah Mesir dan Arab Saudi, yang diketahui menargetkan kritik mereka dengan spyware seluler.

Sementara itu, Meta mengatakan penyelidikannya menemukan pelanggan Predator di Vietnam, Filipina, dan Jerman.

Sebelumnya, NSO Group digugat oleh Apple karena diduga memata-matai sejumlah pengguna iPhone. Selain Apple, pada 2019 NSO Group juga digugat oleh Meta karena diduga menggunakan messenger WhatsApp untuk melakukan spionase siber terhadap jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan sejumlah pihak lain.

“Penting untuk disadari bahwa NSO hanyalah satu bagian dari ekosistem mata-mata bayaran dunia maya yang jauh lebih luas,” kata Meta dalam sebuah laporan yang dilihat Tech Crunch.

(mik/mik)

Source : CNN Indonesia

Recent News