
HP China Babak Belur, Xiaomi dan iPhone ‘Nangis Darah’
Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar handphone (HP) di China babak belur karena rantai pasokan dan permintaan yang tidak bertumbuh. Data pemerintah China menunjukan pengiriman HP anjlok 22% selama 10 bulan terakhir tahun ini.
Selama Januari hingga Oktober 2022, pengiriman HP di China berjumlah 214,5 juta unit. Jumlah itu turun dari periode yang sama tahun 2021 yakni 275,3 juta unit, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (29/12/2022)
Jumlah pengiriman di Oktober juga mengalami penurunan mencapai 27,2% dan hanya 23,8 juta unit yang dikirim. Namun jumlah itu naik dari bulan September, dengan volume mencapai 19,8 juta unit.
Perusahaan riset IDC memperkirakan kepercayaan konsumen membutuhkan waktu lama untuk pulih. Laju penyusutan pasar smartphone kemungkinan baru tertahan tahun depan dan rebound pada 2024.
Tren penurunan ini juga mendorong raksasa HP China melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terbaru. Misalnya Xiaomi yang memangkas 10% jumlah pegawai setelah sebelumnya pada awal tahun ini merumahkan 900 orang pekerjanya.
Co-founder dan CEO Xiaomi, Lei Jun, dalam memo internal mengakui bahwa bisnis Xiaomi sedang tidak baik-baik saja. Raksasa China ini mengatakan bakal mengupayakan efisiensi operasional agat bisnisnya tetap berjalan.
Apple juga terdampak pada tren tersebut. Produsen iPhone itu harus berjuang keras menghadapi masalah rantai pasokan di sana setelah sempat mengantongi 25% pangsa pasar ponsel di China.
Produksi iPhone 14 Pro mengalami gangguan parah di pabrik Foxconn Technology Group Zhengzhou. Di sana mereka menghadapi berbagai masalah, dari protes pekerja dan eksodus karyawan karena wabah Covid-19 di pabrik.
Bahkan saat musim liburan ini, Apple kemungkinan akan melihat penurunan pengiriman HP. Analis TF International Securities, Kuo Ming-chi mengatakan kemungkinan jumlahnya 20% lebih sedikit dari periode yang sama tahun lalu.
Kuo Ming-Chi beralasan tren penurunan yang dihadapi Apple di China akibat perusahaan harus menghadapi masalah manufaktur.
Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Source : CNBC Indonesia