facebook metaverse meta 169 Induk Facebook Diprediksi Gagal, Zuckerberg Disebut Sebabnya Mitra IT | Your Trusted & Reliable Software Solutions Facebook

Induk Facebook Diprediksi Gagal, Zuckerberg Disebut Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia – Keterampilan kepemimpinan Mark Zuckerberg yang buruk perlahan menyeret induk Facebook, Meta menuju kegagalan.

Kurang cakapnya Zuckerberg sebagai CEO terus membuat raksasa teknologi yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook merosot, menurut Bill George, seorang rekan senior di Harvard Business School dan mantan CEO perusahaan teknologi medis Medtronic.

“Saya pikir Facebook tidak akan berjalan dengan baik selama dia ada di sana,” kata George, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (13/9/2022).

“Dia mungkin salah satu alasan mengapa banyak orang pindah dari perusahaan. Dia benar-benar tersesat.” imbuhnya.

George telah menghabiskan 20 tahun terakhir mempelajari kegagalan kepemimpinan di tempat kerja, baru-baru ini ia menyusun temuan itu ke dalam sebuah buku baru berjudul, “True North: Leading Authentic in Today’s Workplace, Emerging Leader Edition.”

George mengatakan bos yang melupakan keyakinan, nilai, dan tujuan mereka yang paling dalam sebagai seorang pemimpin – terutama atas nama uang, ketenaran, atau kekuasaan – pasti akan gagal.

Dan setelah beberapa dekade meneliti gagalnya perusahaan ternama, dia mengatakan bahwa ada kesamaan yang mencolok dengan Zuckerberg dan keadaan Meta hari ini.

CEO Meta sebagian besar bertanggung jawab atas pertumbuhan meteorik perusahaannya hingga saat ini, mengubah perusahaan yang ia dirikan bersama pada tahun 2004 menjadi raksasa teknologi dengan kapitalisasi pasar US$450,46 miliar.

Lalu apa yang membuat Zuckeberg menjadi bos yang buruk?

Ia dinilai sebagai seorang rasionalis yang gampang menyalahkan orang lain. Buku George membahas lima jenis bos yang buruk. Zuckerberg jatuh bukan hanya satu tapi tiga dari kategori tersebut

George mengatakan Zuckerberg adalah seorang rasionalis, tipe bos yang tidak mau mengakui atau belajar dari kesalahan mereka. Sebaliknya, mereka merasionalisasi kesalahan langkah dengan menyalahkan orang lain.

Pada bulan Februari, Meta kehilangan lebih dari US$232 miliar dari nilai pasarnya, hal ini jelas menandai penurunan satu hari terbesar dari semua saham AS dalam sejarah.

Zuckerberg dan para eksekutifnya menyalahkan hasil tersebut pada beberapa faktor, termasuk perubahan privasi Apple pada 2021 yang mempersulit penargetan iklan ke pengguna ponsel cerdas, serta meningkatnya persaingan dari pesaing seperti TikTok.

Faktor-faktor tersebut mungkin memang berpengaruh, tetapi kemungkinan juga bahwa pengeluaran besar untuk penelitian dan pengembangan metaverse juga harus diperhitungkan. Divisi realitas virtual Meta melaporkan kerugian lebih dari US$10 miliar selama tahun 2021, dan US$2,8 miliar selama kuartal kedua tahun 2022.

“Setidaknya secara publik, Zuckerberg belum mengakui atau bertanggung jawab untuk itu,” kata George. Meskipun Zuckerberg mengatakan dalam rapat pemegang saham pada bulan Mei bahwa ia mengharapkan perusahaannya kehilangan sejumlah uang “signifikan” selama tiga hingga lima tahun ke depan, karena itu berinvestasi dalam teknologi metaverse.

Dan yang kedua, Zuckerberg adalah seorang penyendiri yang tidak menerima nasihat dari orang lain.

Zuckerberg adalah penyendiri yang menghindari menjalin hubungan dekat dan mendorong orang lain untuk menjauh. Bos tersebut sering tidak menerima bantuan, saran, atau timbal balik yang membuat mereka rentan terhadap kesalahan.

Sampai batas tertentu, Zuckerberg dikenal karena mempercayai nalurinya sendiri atas kebijaksanaan konvensional. Ini adalah bagian dari bagaimana ia membangun Meta menjadi raksasa teknologi bernilai miliaran dolar.

Ia juga seorang yang mengutamakan keuntungan. Zuckerberg adalah pencari kejayaan yang menempatkan ketenaran dan kekayaan di atas segalanya.

Tipe bos seperti itu tidak pernah benar-benar puas dengan apa yang mereka miliki, dan bersedia bertindak ekstrem untuk mendapatkan lebih banyak.

Zuckerberg memprioritaskan keuntungan dan pertumbuhan Meta, bahkan dengan mengorbankan miliaran pengguna perusahaan.

Ini bukan pengamatan yang unik, sebab perusahaan Zuckerberg telah lama terlibat dalam kontroversi atas masalah yang berkaitan dengan privasi dan kesehatan penggunanya.

Dalam satu contoh, investigasi Wall Street Journal tahun lalu menemukan bahwa platform Instagram milik Meta berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental pengguna, terutama pada gadis remaja. Penyelidikan menemukan bahwa kepemimpinan Meta secara aktif memilih untuk mengabaikan masalah, untuk menghindari membahayakan keterlibatan dan pertumbuhan pengguna.

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Source : CNBC Indonesia

Recent News