Startup ‘Mati’, Elon Musk: Banyak Uang Dikasih ke Orang Bodoh
Jakarta, CNBC Indonesia – Dunia sedang mengalami dampak invasi Rusia ke Ukraina terhadap rantai pasokan, dan ancaman resesi global bahkan terjadi. Hal tersebut merupakan masalah yang menjadi salah satu alasan banyak startup akhirnya “mati”.
Namun, Elon Musk mengaku tak terganggu sama sekali dengan rentetan masalah itu. Ia malah menyebut hal itu sebagai suatu hal yang baik.
“Ini sebenarnya hal yang baik. Sudah terlalu lama uang diberikan ke orang-orang bodoh. Beberapa kebangkrutan perlu terjadi,” kata CEO Tesla itu saat menanggapi pertanyaan pengguna Twitter, dikutip dari The Guardian, Jumat (10/6/2022).
“Semua hal tentang Covid-19, tinggal di rumah telah menipu orang untuk berpikir bahwa Anda sebenarnya tidak perlu bekerja keras,” ujarnya.
Elon Musk mengklaim resesi baik karena perusahaan yang secara dengan arus kas negatif harus mati. Dengan begitu perusahaan-perusahaan itu akan berhenti menyerobot sumber daya yang seharusnya mengalir ke perusahaan sehat.
Namun, Tesla sebetulnya juga tumbuh dengan penggalangan modal US$20 miliar dari 2010 hingga 2018 sambil membukukan arus kas negatif US$9 miliar. Tahun lalu, merupakan tahun penuh pertama perusahaan menghasilkan laba.
Tesla juga bertahan karena paket stimulus yang dibuat pemerintah Amerika Serikat (AS). Misalnya pada 2009, perusahaan menerima pinjaman US$465 juta sebagai bagian dari paket stimulus federal, yang pada dasarnya untuk membayar pengembangan dan pembuatan Model S.
Selain itu Tesla juga mendapatkan keringanan pajak untuk kendaraan ramah lingkungan dan rutin membantu dirinya sendiri untuk subsidi perusahaan. Sejak Agustus lalu, perusahaan menerima insentif sekitar US$64 juta untuk pindah ke Austin Texas dan membangun pabrik baru Giga Texas.
Perusahaan Elon Musk lain juga mendapatkan manfaat dari ini. LA Times pada tahun 2015 melaporkan jumlahnya hampir US$5 miliar dalam bentuk dukungan pemerintah, termasuk SpaceX yang mendapatkan kontak US$2,89 miliar dengan NASA dan kontrak angkatan udara senilai US$653 juta.
(dem)
Source : CNBC Indonesia